You did it again
You did hurt my heart
I don't know how many times
You...
I don't know what to say
You've made me so desperately in love
And now you let me down
You said you'd never lie again
You said this time would be so right
But then I found you were lying there by her side
You..
You turn my whole life so blue
Drowning me so deep, I just can't reach myself again
You..
Successfully tore my heart
Now it's only pieces
Nothing left but pieces of you
You frustated me with this love
I've been trying to understand
You know I'm trying I'm trying
You...
I don't know what to say
You've made me so desperately in love
And now you let me down
Kamis, 19 November 2015
Senin, 02 November 2015
KOPERASI SYARIAH BAITULKARIM
LATAR BELAKANG
Badan usaha merupakan kesatuan yuridis dan ekonomis atau kesatuan organisasi yang terdiri dari faktor-faktor produksi yang bertujuan mencari keuntungan. Badan usaha adalah rumah tangga ekonomi yang bertujuan mencari laba dengan faktor-faktor produksi.
Badan usaha merupakan kesatuan yuridis dan ekonomis atau kesatuan organisasi yang terdiri dari faktor-faktor produksi yang bertujuan mencari keuntungan. Badan usaha adalah rumah tangga ekonomi yang bertujuan mencari laba dengan faktor-faktor produksi.
Koperasi adalah suatu badan
usaha (UU No.25 tahun 1992). Sebagai badan usaha, koperasi tetap tunduk
terhadap kaidah-kaidah perusahaan dan prinsip – prinsip ekonomi yang berlaku.
Dengan mengacu pada konsepsi system yang bekerja pada suatu badan usaha, maka
koperasi sebagai badan usaha juga bearti merupakan kombinasi dari manusia,
asset-aset fisik dan non fisik, informasi, dan teknologi.
Ciri utama koperasi yang
membedakannya dengan badan usaha lainnya (non koperasi) adalah posisi anggota.
Dalam UU No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian disebutkan bahwa,
anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi.
Koperasi Syariah secara
teknis dapat dikatakan sebagai koperasi yang prinsip kegiatan, tujuan dan
kegiatan usahanya berdasarkan pada syariah Islam yaitu Al-quran dan Assunnah.
Koperasi syariah adalah badan usaha koperasi yang menjalankan usahanya dengan
prinsip-prinsip syariah. Apabila koperasi memiliki unit usaha produktif simpan
pinjam, maka seluruh produk dan operasionalnya harus dilaksanakan dengan
mengacu kepada fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut,
maka koperasi syariah tidak diperkenankan berusaha dalam bidang-bidang yang
didalamnya terdapat unsur-unsur riba, maysir dan gharar. Disamping itu,
koperasi syariah juga tidak diperkenankan melakukan transaksi-transaksi
derivatif sebagaimana lembaga keuangan syariah lainnya juga.
Tujuan koperasi sebagai
perusahaan atau badan usaha tidaklah semata-semata hanya pada
orientasi laba (profit oriented), melainkan juga pada orientasi
manfaat (benefit oriented). Karena itu, dalam banyak kasus koperasi,
manajemen koperasi tidak mengejar keuntungan sebagai tujuan perusahaan karena
mereka bekerja didasari dengan pelayanan (service at cost). Untuk koperasi di
Indonesia, tujuan badan usaha koperasi adalah memajukan kesejahteraan anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
PROFIL
A.
Sejarah
Koperasi Syariah
Baitulkarim yang terletak di Perumahan Galaxy, Jl Taman Agave I Blok M1 No 24,
Bekasi Selatan, merupakan koperasi yang relatif masih baru, koperasi ini didirikan
melalui suatu komunitas pengajian yang didirikan pada tahun 2011 oleh Hj. Ir.
Iyan Budi Santoso dengan tujuan untuk mensejahterakan anggota pengajian
tersebut. Dan setelah berjalan 1 tahun, tepatnya pada 2012 koperasi Baitulkarim
dilegalkan dan mendapatkan Badan Hukum Koperasi dari dinas konwil koperasi Propinsi
Jawa Barat dengan SK nomor 19/BH/INDAGKOP/III/2012, saat ini koperasi Baitulkarim
diketuai oleh : Ir. Hj. Iyan Budi Santoso (2014-2017), dengan Dewan Pengawas
Syariah (DPS) : Zaenal Arifin.
B.
Struktur Organisasi
Ketua : Ir. Hj. Iyan
Budi Santoso
Dewan Pengawas Syariah : Zaenal Arifin
Bendahara : Herlandin
Sekertaris :
Dhoni Yusra
Manajer Unit : Herlandin
Anggota : Kelompok Pengajian di Perumahan Galaxy
C.
Komitmen Koperasi Syariah Baitulkarim
Pengurus
akan terus berusaha melakukan perbaikan dan pengembangan secara
berkesinambungan pada semua bidang baik organisasi maupun usaha. Untuk
menunjang hal tersebut maka anggota koperasi dan penerima amanat perlu memiliki
karakter STAF, yaitu Shiddiq (jujur), Tabligh (Transparan), Amanah (dapat
dipercaya) dan Fathanah (Profesional).
D.
Produksi Koperasi
·
SIMPANAN
Tabungan umum syariah yang setoran dan
penarikannya dapat dilakukan setiap saat sesuai kebutuhan anggota.
Manfaat dan Keuntungan:
v Aman dan
transparan.
v Bebas
riba, transaksi mudah dan sesuai syariah.
v Bagi
hasil menguntungkan dan halal.
v Tanpa
biaya administrasi bulanan.
v Ikut
membantu sesama ummat ( ta'awun ).
o
TABUNGAN
HAJI
Tabungan
umum berjangka untuk membantu keinginan anggota melaksanaan ibadah haji.
Manfaat dan Keuntungan :
v Kemudahan
melakukan setoran tabungan setiap saat.
v Mudah
memantau perkembangan dana dengan mendapatkan laporan mutasi transaksi berupa
buku tabungan.
v Mendapatkan
tambahan bagi hasil yang kompetitif.
v Ikut
membantu sesama ummat ( ta'awun ).
v Aman,
terhindar dari riba dan haram.
v Dapat
mengajukan dana talangan bagi calon jama'ah haji yang ingin memperoleh porsi
keberangkatan haji pada tahun yang direncanakan.
o
TABUNGAN
UMRAH
Tabungan umum berjangka untuk membantu keinginan
anggota melaksanaan ibadah umrah.
Manfaat dan Keuntungan :
v Kemudahan
melakukan setoran tabungan setiap saat.
v Mendapatkan
tambahan bagi hasil yang kompetitif.
v Ikut
membantu sesama ummat ( ta'awun ).
v Aman,
terhindar dari riba dan haram.
v Dapat
mengajukan dana talangan umrah maksimal 30% dari kekurangan biaya umrah dengan
ketentuan pembiayaan yang berlaku.
o
TABUNGAN
HARI RAYA IDUL FITRI
Tabungan
umum berjangka untuk membantu anggota memenuhi kebutuhan hari raya idul fitri.
Manfaat dan Keuntungan :
v Transaksi
mudah dan transparan sehingga memudahkan melihat perkembangan setiap saat.
v Aman,
terhindar dari riba dan haram.
v Ikut
membantu sesama ummat (ta'awun).
v Mendapatkan
bagi hasil bulanan yang halal dan menguntungkan atau dapat dirupakan barang
untuk kebutuhan hari raya sesuai kebijakan Koperasi Syariah Baitulkarim.
v Dapat
digunakan sebagai jaminan pembiayaan.
o
TABUNGAN
KURBAN
Tabungan
umum berjangka untuk membantu dan memudahkan anggota dalam merencanakan ibadah
kurban dan aqiqah.
Manfaat dan Keuntungan:
v Mempermudah
perencanaan keuangan untuk pembelian hewan kurban dan aqiqah
v Mendapatkan
Bagi hasil yang halal dan kompetitif.
v Membantu
sesama ummat (ta'awun)
·
PINJAMAN
Besarnya
pinjaman yang di berikan oleh Koperasi Syariah Baitulkarim sebesar 1.000.000
s/d 5.000.000 (Kelas Bawah), dapat dicicil selama 10 bulan, apabila telat
membayar tidak dikenakan denda karena Koperasi ini di dasari pada hukum syar’i.
E. Sistem Bagi Hasil
Bagi hasil kepada
anggota koperasi telah ditetapkan dalam Rapat Anggota. Artinya, seluruh anggota
yang berperan aktif dalam kegiatan koperasi berhak untuk menerima bagi hasil
dari koperasi tersebut. Mengenai system bagi hasil, tetap didasari pada prinsip
yang telah ditentukan dalam ajaran Islam, dengan tidak memberlakukan system
bunga. dan dalam pembayaran, koperasi Syariah mendorong
praktek bagi hasil serta
mengharamkan riba.
Dalam sistem bagi hasil (Pada Koperasi Syariah) dan pemberian bunga (Pada
Koperasi Konvensional), keduanya sama-sama memberi keuntungan bagi pemilik dana, namun keduanya mempunyai
perbedaan yang sangat nyata. Perbedaan itu dapat dijelaskan dalam tabel
berikut.
Kelebihan
dan kelemahan yang di dapat pada sistem bunga dan bagi hasil
Bunga
|
Bagi Hasil
|
Penentuan bunga dibuat pada waktu
akad dengan asumsi harus selalu untung.
|
Penentuan besarnya rasio/ nisbah bagi
hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi
|
Besarnya persentase berdasarkan pada
jumlah uang (modal) yang dipinjamkan.
|
Besarnya
rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh
|
Pembayaran bunga tetap seperti yang
dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak
nasabah untung atau rugi.
|
Tergantung pada keuntungan proyek
yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh
kedua belah pihak.
|
Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang
“booming”.
|
Jumlah
pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan.
|
Eksistensi bunga diragukan (kalau
tidak dikecam) oleh beberapa kalangan.
|
Tidak ada yang meragukan keabsahan
bagi hasil
|
Kesimpulan :
Koperasi
syariah merupakan badan hukum yang berdiri berdasarkan syariah islam dan dengan
penuh kesadaran untuk meningkatkan kesejahteraan anggota atas dasar sukarela
dan kekeluargaan yang didasari pada kerja sama dan tolong menolong. Indonesia adalah Negara yang berdasarkan hukum, maka mendirikan
koperasi Syariah merupakan salah satu cara yang tepat untuk membantu sesama
yang didasari pada syariah islam dan saling bekerja sama antar anggotanya.
Anggota
Kelompok :
Chintia
Anggraini ( 22214356 )
Dania
Purbawati ( 22214511 )
Elsa
Maruru ( 23214524 )
Sendy
Sintia ( 2A214131 )
Kelas : 2EB34
Kamis, 09 Juli 2015
Ekonomi di Zaman Soeharto
Pada
maret 1966 Indonesia memasuki pemerintahan orde baru dan perhatian lebih
ditujukan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan ekonomi
dan sosial, dan juga pertumbuhan ekonomi yang berdasarkan system ekonomi
terbuka sehingga dengan hasil yang baik membuat kepercayaan pihak barat
terhadap prospek ekonomi Indonesia. Sebelum rencana pembangunan melalui
Repelita dimulai, terlebih dahulu dilakukan pemulihan stabilitas ekonomi,
social, dan politik serta rehabilitasi ekonomi di dalam negeri. Selain itu,
pemerintah juga menyusun Repelita secara bertahap dengan target yang jelas,
IGGI juga membantu membiayai pembangunan ekonomi Indonesia.
Dampak Repelita terhadap perekonomian
Indonesia cukup mengagumkan, terutama pada tingkat makro, pembangunan berjalan
sangat cepat dengan laju pertumbuhan rata-rata pertahun yang relative tinggi.
Keberhasilan pembangunan ekonomi di Indonesia pada dekade 1970-an disebabkan
oleh kemampuan kabinet yang dipimpin presiden dalam menyusun rencana, strategi
dan kebijakan ekonomi, tetapi juga berkat penghasilan ekspor yang sangat besar
dari minyak tahun 1973 atau 1974, juga pinjaman luar negeri dan peranan PMA
terhadap proses pembangunan ekonomi Indonesia semakin besar. Akibat peningkatan
pendapatan masyarakat, perubahan teknologi dan kebijakan Industrialisasi sejak
1980-an, ekonomi Indonesia mengalami perubahan struktur dari Negara agraris ke
Negara semi industri.
Soeharto
tetap menjadi news maker hingga akhir hayatnya. Meski di kritik oleh aktivis
karena peristiwa seputar sakit dan wafatnya mendominasi pemberitaan media massa
nasional, pak Harto masih tetap menjadi berita. Dampak yang di berikan pada
bangsa ini dan ketokohannya yang menembus batas negara, membuat anak petani
dari Kemusuk itu bakal terus menjadi bahan kajian dan sumber inspirasi.
Mereka
yang keluarganya terbunuh atau hidup teraniaya akibat stigma PKI mungkin sulit
memaafkan The Smiling General. Juga mereka yang keluarganya ‘ dihilangkan ’ dan
para aktifis yang dihukum rezim Soeharto. Namun, jutaan rakyat yang mengalami
perbaikan nasib akan tetap memuja Pak Haro sebagai Bapak Pembangunan. Soeharto
di Hormati karena berbagai kemajuan yang sudah di torehnya diberbagai bidang
terutama ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Akibat terlalu lama berkuasa dan
di kelilingi para penjilat, Soeharto tidak lagi peka terhadap kebutuhan rakyat.
Harga pangan dan energi, yang selama tiga dekade di kontrolnya, melonjak. Dalam
situasi ini, ia dengan mudah di goyang oleh para mahasiswa, aktivis, dan para
elite politik.
Tapi
memburuknya kinerja ekonomi, suburnya praktik korupsi, dan suasana politik yang
centang perenang selama 10 tahun reformasi memaksa rakyat kembali berpaling
pada Soeharto. Baik tidak baik, Soeharto lebih baik. Semiskin-miskinya era soeharto,
rakyat tidak pernah antre minyak tanah dan minyak goreng serta kesulitan
membeli tahu
dan tempe. Soeharto berhasil membangun pertanian dan manufaktur. Ia
mampu membalikan posisi Indonesia sebagai Importir beras terbesar di dunia
menjadi eksportir beras. Pembangunan sistematis terarah lewat pelita demi
pelita berhasil menurunkan angka kemiskinan, buta huruf, kematian, dan laju
pertumbuhan penduduk.
Ia sukses membangun infrastruktur.
Boleh dibilang 95% infrastruktur yang sekarang ada dibangun semasa Soeharto.
Jalan raya membelah berbagai daerah terisolasi. Penerbangan menjangkau daerah
terpencil. Satelit Palapa yang dibangun memungkinkan rakyat di seluruh wilayah
Nusantara mengikuti siaran televisi.
Akan tetapi, pembangunan ekonomi selama Orde Baru juga menyisakan beban bagi anak cucu. Hutan dan kekayaan alam Indonesia yang selama Era Bung Karno di lindungi, pada masa Soeharto nyaris habis di kuras. Pemerintahan Soeharto memberikan hak penguasaan hutan (HPH) kepada sejumlah orang yang kemudian meroket menjadi konglomerat. Mereka di dorong menjadi pengusaha kuat lewat berbagai kemudahan, antara lain kredit likuiditas Bank Indonesia (KLBI) dengan tingkat bunga di bawah deposito. Soeharto juga memberikan hak monopoli dan keistimewaan kepada sejumlah pengusaha untuk mengimpor komoditas dan memasuki bisnis tertentu. Ekonomi soeharto di warnai kronisme dan sarat dengan praktik KKN, terutama ketika putra-putrinya memasuki dunia bisnis. Lebih dari tiga decade, pemerintahan Soeharto membiarkan pengusaha asing mengekploitasi minyak dan gas (migas) serta berbagai produk pertambangan.
Akan tetapi, pembangunan ekonomi selama Orde Baru juga menyisakan beban bagi anak cucu. Hutan dan kekayaan alam Indonesia yang selama Era Bung Karno di lindungi, pada masa Soeharto nyaris habis di kuras. Pemerintahan Soeharto memberikan hak penguasaan hutan (HPH) kepada sejumlah orang yang kemudian meroket menjadi konglomerat. Mereka di dorong menjadi pengusaha kuat lewat berbagai kemudahan, antara lain kredit likuiditas Bank Indonesia (KLBI) dengan tingkat bunga di bawah deposito. Soeharto juga memberikan hak monopoli dan keistimewaan kepada sejumlah pengusaha untuk mengimpor komoditas dan memasuki bisnis tertentu. Ekonomi soeharto di warnai kronisme dan sarat dengan praktik KKN, terutama ketika putra-putrinya memasuki dunia bisnis. Lebih dari tiga decade, pemerintahan Soeharto membiarkan pengusaha asing mengekploitasi minyak dan gas (migas) serta berbagai produk pertambangan.
Sejak awal repelita 1969/1970, pemerintahan
Soeharto gemar menciptakan utang luar negri, sehingga negri ini terjerembab
kedalam debt trap. Utang luar negri pemerintah yang pada 1969 sebesar US$ 2,3
miliar atau 27 % dari PDB, pada 1998 melambung menjadi 67,3 miliar atau 75,4 %
dari PDB. Hingga hari ini kita masih harus menanggung beban utang luar negri,
termasuk odious debt , yakni utang dikorupsi, baik oleh pejabat Indonesia
bersama pejabat pihak kreditor, tak terkecuali Bank Dunia.
Walapun begitu, utang yang membengkak diimbangi oleh
kenaikan PDB per kapita dari US$ 70 tahun 1966 menjadi US$ 1.136 tahun 1996.
pertumbuhan ekonomi selama 1970 hingga 1997 rata-rata sekitar 7-8%. Pinjaman di
gunakan untuk membangun berbagai infrastruktur meski sekitar 30% dana di
korupsi seperti sinyalemen Prof. Sumitro Djojohadikusumo. Pondasi ekonomi yang
di bangun Soeharto tidak sungguh kuat akibat besarnya ketergantungan terhadap
produk impor dan utang luar negri. Ini lebih disebabkan oleh Mafia Berkeley,
yakni para mentri ekonomi yang menerapkan terlalu dini system ekonomi
neoliberalisme.
Ekonomi Indonesia akhirnya
ambruk ketika Mafia Berkeley mengundang IMF. Ketika badai krisis mata uang
menerjang Indonesia IMF memberikan resep yang keliru. Lembaga keuangan
internasional ini menyarankan penutupan bank, pengetatan moneter, pemberian
Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), pendirian BPPN, obral asset
korporasi, dan jual murah saham BUMN.
System ekonomi Orde Baru, apalagi sistem ekonomi neolib,
tidak lagi cocok dengan kondisi Indonesia yang sedang mengembangkan demokrasi
dan sedang menghadapi persaingan sengit di pasar global serta masih memikul
beban 40 juta penduduk miskin dan 10 juta pengangguran terbuka.Dengan segala
kelebihan dan kekurangannya, Soeharto telah menunjukan pentingnya pemimpin yang
decisive, yang bekerja dengan program sistematis untuk memajukan rakyat.
Sebagai tentara, ia mengusir penjajah. Sebagai pemimpin ia berhasil mengangkat
bangsa ini ke level yang lebih beradab.
Tidak penting
baginya gelar pahlawan. Tapi kita sebagai bangsa beradab perlu memberikan
penghargaan yang layak kepada pemimpin yang berjasa. Kendati demikian, proses
hukum Soeharto perlu di lanjutkan agar pemimpin bangsa ini tidak melakukan hal
yang sama.Banyak warisan dan pelajaran dari Soeharto. Tapi, kita yang sedang
menghadapi tantangan ke depan, membutuhkan system baru, jalan baru, dan figure
baru
3.1
Keadaan ekonomi pada zaman Soeharto
Di awal Orde Baru, Suharto berusaha keras membenahi ekonomi Indonesia yang terpuruk, dan berhasil untuk beberapa lama. Kondisi ekonomi Indonesia ketika Pak Harto pertama memerintah adalah keadaan ekonomi dengan inflasi sangat tinggi, 650% setahun,” kata Emil Salim, mantan menteri pada pemerintahan Suharto.
Di awal Orde Baru, Suharto berusaha keras membenahi ekonomi Indonesia yang terpuruk, dan berhasil untuk beberapa lama. Kondisi ekonomi Indonesia ketika Pak Harto pertama memerintah adalah keadaan ekonomi dengan inflasi sangat tinggi, 650% setahun,” kata Emil Salim, mantan menteri pada pemerintahan Suharto.
Orang
yang dulu dikenal sebagai salah seorang Emil Salim penasehat ekonomi presiden
menambahkan langkah pertama yang diambil Suharto, yang bisa dikatakan berhasil,
adalah mengendalikan inflasi dari 650% menjadi di bawah 15% dalam waktu hanya
dua tahun. Untuk menekan inflasi yang begitu tinggi, Suharto membuat kebijakan
yang berbeda jauh dengan kebijakan Sukarno, pendahulunya. Ini dia lakukan
dengan menertibkan anggaran, menertibkan sektor perbankan, mengembalikan
ekonomi pasar, memperhatikan sektor ekonomi, dan merangkul negara-negara barat
untuk menarik modal.
3.2
Kebijakan yang dilakukan pada zaman Soeharto
Menurut Emil Salim, Suharto menerapkan cara militer dalam menangani masalah ekonomi yang dihadapi Indonesia, yaitu dengan mencanangkan sasaran yang tegas. Pemerintah lalu melakukan Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang (25-30 tahun) dilakukan secara periodik lima tahunan yang disebut Pelita(Pembangunan Lima Tahun) yang dengan melibatkan para teknokrat dari Universitas Indonesia, dia berhasil memperoleh pinjaman dari negara-negara Barat dan lembaga keuangan seperti IMF dan Bank Dunia. Liberalisasi perdagangan dan investasi kemudian dibuka selebarnya. Inilah yang sejak awal dipertanyakan oleh Kwik Kian Gie, yang menilai kebijakan ekonomi Suharto membuat Indonesia terikat pada kekuatan modal asing.
Menurut Emil Salim, Suharto menerapkan cara militer dalam menangani masalah ekonomi yang dihadapi Indonesia, yaitu dengan mencanangkan sasaran yang tegas. Pemerintah lalu melakukan Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang (25-30 tahun) dilakukan secara periodik lima tahunan yang disebut Pelita(Pembangunan Lima Tahun) yang dengan melibatkan para teknokrat dari Universitas Indonesia, dia berhasil memperoleh pinjaman dari negara-negara Barat dan lembaga keuangan seperti IMF dan Bank Dunia. Liberalisasi perdagangan dan investasi kemudian dibuka selebarnya. Inilah yang sejak awal dipertanyakan oleh Kwik Kian Gie, yang menilai kebijakan ekonomi Suharto membuat Indonesia terikat pada kekuatan modal asing.
Disamping
itu Suharto sejak tahun 1970-an juga menggenjot penambangan minyak dan
pertambangan, sehingga pemasukan negara dari migas meningkat dari $0,6 miliar
pada tahun 1973 menjadi $10,6 miliar pada tahun 1980. Puncaknya adalah
penghasilan dari migas yang memiliki nilai sama dengan 80% ekspor Indonesia.
Dengan kebijakan itu, Indonesia di bawah Orde Baru, bisa dihitung sebagai kasus
sukses pembangunan ekonomi.
Keberhasilan
Pak Harto membenahi bidang ekonomi sehingga Indonesia mampu berswasembada
pangan pada tahun 1980-an diawali dengan pembenahan di bidang politik.
Kebijakan perampingan partai dan penerapan azas tunggal ditempuh pemerintah
Orde Baru, dilatari pengalaman masa Orde Lama ketika politik multi partai
menyebabkan energi terkuras untuk bertikai. Gaya kepemimpinan tegas seperti
yang dijalankan Suharto pada masa Orde Baru oleh Kwik Kian Gie diakui memang
dibutuhkan untuk membenahi perekonomian Indonesia yang berantakan di akhir
tahun 1960.
KESIMPULAN
Kebijakan-kebijakan ekonomi selama Orde Baru memang telah menghasilkan suatu proses transformasi ekonomi yang pesat dan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi dengan biaya ekonomi tinggi dan fundamental ekonomi yang rapuh. Hal terakhir dapat dilihat pada buruknya kondisi sektor perbankan nasional dan semakin besarnya ketergantungan Indonesia terhadap modal Asing, termasuk pinjaman, dan impor. Ini semua membuat Indonesia dilanda suatu krisis ekonomi yang besar yang diawali oleh krisis nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS pada pertengahan 1997.
Kebijakan-kebijakan ekonomi selama Orde Baru memang telah menghasilkan suatu proses transformasi ekonomi yang pesat dan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi dengan biaya ekonomi tinggi dan fundamental ekonomi yang rapuh. Hal terakhir dapat dilihat pada buruknya kondisi sektor perbankan nasional dan semakin besarnya ketergantungan Indonesia terhadap modal Asing, termasuk pinjaman, dan impor. Ini semua membuat Indonesia dilanda suatu krisis ekonomi yang besar yang diawali oleh krisis nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS pada pertengahan 1997.
Memasuki
pemerintahan masa transisi, sejak mulai terjadinya krisis di belahan
Negara-negara Asia pada akhir masa pemerintahan orde baru, dan adanya
peninggalan ketergantungan Negara terhadap bantuan modal asing, sehingga
mulai jatuhnya nilai tukar Rupiah di pasar global. Negara-negara pemberi
bantuan pun mulai tidak percaya atas kemampuan Indonesia untuk menangani krisis
yang terjadi di negaranya. Adanya gejolak untuk mereformasikan Negara Indonesia
oleh mahasiswa sehingga terjadi tragedy tri sakti. Masa ini dipimpin oleh
Habibie (1997-1998).
Referensi
http://id.wikipedia.org/wiki/Soehartohttp://aprinsa-leonita.blogspot.com/2012/04/perekonomian-indonesia-pada.html http://ekosirsu.wordpress.com/2013/04/08/perekonomian-di-era-reformasi-pada-masa-pemerintahan-presiden-b-j-habibie/
http://sopyanhakimgunadarma.blogspot.com/2011/04/sejarah-ekonomi-indonesia-sejak-orde.html
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/05/03/-kondisi-ekonomi-di-masa-sby-650970.html
Rabu, 10 Juni 2015
Krisis Ekonomi masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Dan Jokowi Dodo (JOKOWI)
Latar belakang
Kondisi perekonomian Indonesia pada masa
pemerintahan SBY mengalami perkembangan yang sangat baik. Pertumbuhan ekonomi
Indonesia tumbuh pesat di tahun 2010 seiring pemulihan ekonomi dunia pasca
krisis global yang terjadi sepanjang 2008 hingga 2009.Terbukti, perekonomian
Indonesia mampu bertahan dari ancaman pengaruh krisis ekonomi dan finansial
yang terjadi di zona Eropa. Kinerja perekonomian Indonesia akan terus bertambah
baik, tapi harus disesuaikan dengan kondisi global yang sedang bergejolak.
Ekonomi Indonesia akan terus berkembang, apalagi pasar finansial, walaupun
sempat terpengaruh krisis, tetapi telah membuktikan mampu bertahan. Sementara
itu, pemulihan ekonomi global berdampak positif terhadap perkembangan sektor
eksternal perekonomian Indonesia.Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) berhasil mendobrak dan menjadi katarsis terhadap kebuntuan tersebut.
Korupsi dan kemiskinan tetap menjadi masalah di Indonesia. Namun setelah
beberapa tahun berada dalam kepemimpinan nasional yang tidak menentu, SBY telah
berhasil menciptakan kestabilan politik dan ekonomi di Indonesia.
Salah satu penyebab utama kesuksesan
perekonomian Indonesia adalah efektifnya kebijakan pemerintah yang berfokus
pada disiplin fiskal yang tinggi dan pengurangan utang Negara.Perkembangan yang
terjadi dalam lima tahun terakhir membawa perubahan yang signifikan terhadap
persepsi dunia mengenai Indonesia. Namun masalah-masalah besar lain masih tetap
ada. Pertama, pertumbuhan makroekonomi yang pesat belum menyentuh seluruh
lapisan masyarakat secara menyeluruh. Walaupun Jakarta identik dengan vitalitas
ekonominya yang tinggi dan kota-kota besar lain di Indonesia memiliki
pertumbuhan ekonomi yang pesat, masih banyak warga Indonesia yang hidup di
bawah garis kemiskinan.
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa
Indonesia masih memerlukan banyak perbaikan. Namun apa yang telah dicapai
selama ini merupakan hasil dari visi dan perencanaan pemerintahan SBY. Dapat
dibayangkan hal-hal lain yang akan terjadi dalam pemerintahan yang akan
berjalan untuk beberapa tahun ke depan lagi.
I.
Kondisi Perekonomian Semasa Pemerintahan SBY
Kondisi
perekonomian Indonesia pada masa pemerintahan SBY mengalami perkembangan yang
sangat baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh pesat di tahun 2010, seiring
pemulihan ekonomi dunia pasca krisis global yang terjadi sepanjang 2008 hingga
2009. Terbukti, perekonomian Indonesia mampu bertahan dari ancaman pengaruh
krisis ekonomi dan finansial yang terjadi di zona Eropa. Kinerja perekonomian
Indonesia akan terus bertambah baik, tapi harus disesuaikan dengan kondisi
global yang sedang bergejolak. Ekonomi Indonesia akan terus berkembang, apalagi
pasar finansial, walaupun sempat terpengaruh krisis, tetapi telah membuktikan
mampu bertahan.
Sementara
itu, pemulihan ekonomi global berdampak positif terhadap perkembangan sektor
eksternal perekonomian Indonesia. Pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) berhasil mendobrak dan menjadi katarsis terhadap kebuntuan
tersebut. Korupsi dan kemiskinan tetap menjadi masalah di Indonesia. Namun
setelah beberapa tahun berada dalam kepemimpinan nasional yang tidak menentu,
SBY telah berhasil menciptakan kestabilan politik dan ekonomi di Indonesia.
Salah satu penyebab
utama kesuksesan perekonomian Indonesia adalah efektifnya kebijakan pemerintah
yang berfokus pada disiplin fiskal yang tinggi dan pengurangan utang Negara.
Perkembangan yang terjadi dalam lima tahun terakhir membawa perubahan yang
signifikan terhadap persepsi dunia mengenai Indonesia. Namun masalah-masalah
besar lain masih tetap ada. Pertama, pertumbuhan makro ekonomi yang pesat belum
menyentuh seluruh lapisan masyarakat secara menyeluruh. Walaupun Jakarta
identik dengan vitalitas ekonominya yang tinggi dan kota-kota besar lain di
Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat, masih banyak warga Indonesia
yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Pada
pemerintahan SBY kebijakan yang dilakukan adalah mengurangi subsidi Negara
Indonesia, atau menaikkan harga Bahan Bahan Minyak (BBM), kebijakan bantuan
langsung tunai kepada rakyat miskin akan tetapi bantuan tersebut diberhentikan
sampai pada tangan rakyat atau masyarakat yang membutuhkan, kebijakan
menyalurkan bantuan dana BOS kepada sarana pendidikan yang ada di Negara
Indonesia. Akan tetapi pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dalam
perekonomian Indonesia terdapat masalah dalam kasus Bank Century yang sampai
saat ini belum terselesaikan bahkan sampai mengeluarkan biaya 93 miliar untuk
menyelesaikan kasus Bank Century ini.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan
pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 5,5-6 persen pada 2010 dan
meningkat menjadi 6-6,5 persen pada 2011. Dengan demikian prospek ekonomi
Indonesia akan lebih baik dari perkiraan semula.
Tingkat pertumbuhan ekonomi periode 2005-2007 yang
dikelola pemerintahan SBY-JK relatif lebih baik dibanding pemerintahan selama
era reformasi dan rata-rata pemerintahan Soeharto (1990-1997) yang pertumbuhan
ekonominya sekitar 5%. Tetapi, dibanding kinerja Soeharto selama 32 tahun yang
pertumbuhan ekonominya sekitar 7%, kinerja pertumbuhan ekonomi SBY-JK masih
perlu peningkatan. Pertumbuhan ekonomi era Soeharto tertinggi terjadi pada
tahun 1980 dengan angka 9,9%. Rata-rata pertumbuhan ekonomi pemerintahan SBY-JK
selama lima tahun menjadi 6,4%, angka yang mendekati target 6,6%
Kebijakan menaikkan harga BBM 1 Oktober 2005, dan
sebelumnya Maret 2005, ternyata berimbas pada situasi perekonomian tahun-tahun
berikutnya. Pemerintahan SBY-JK memang harus menaikkan harga BBM dalam
menghadapi tekanan APBN yang makin berat karena lonjakan harga minyak dunia.
Kenaikan harga BBM tersebut telah mendorong tingkat inflasi Oktober 2005
mencapai 8,7% (MoM) yang merupakan puncak tingkat inflasi bulanan selama tahun
2005 dan akhirnya ditutup dengan angka 17,1% per Desember 30, 2005 (YoY).
Penyumbang inflasi terbesar adalah kenaikan biaya transportasi lebih 40% dan
harga bahan makanan 18%.Core inflation pun
naik menjadi 9,4%, yang menunjukkan kebijakan Bank Indonesia (BI) sebagai
pemegang otoritas moneter menjadi tidak sepenuhnya efektif. Inflasi yang
mencapai dua digit ini jauh melampaui angka target inflasi APBNP II tahun 2005
sebesar 8,6%. Inflasi sampai bulan Februari 2006 (YoY) masih amat tinggi
17,92%, bandingkan dengan Februari 2005 (YoY) 7,15% atau Februari 2004 (YoY)
yang hanya 4,6%.
Efek inflasi tahun 2005 cukup berpengaruh terhadap
tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), yang menjadi referensi suku
bunga simpanan di dunia perbankan.
Data Harga Bahan Bakar Minyak 2004 vs 2009 (Naik)
Harga
|
2004
|
2009
|
Catatan
|
Minyak Mentah Dunia / barel
|
~ USD 40
|
~ USD 45
|
Harga hampir sama
|
Premium
|
Rp 1810
|
Rp 4500
|
Naik 249%
|
Minyak Solar
|
Rp 1890
|
Rp 4500
|
Naik 238%
|
Minyak Tanah
|
Rp 700
|
Rp 2500
|
Naik 370%
|
Dengan kondisi harga minyak yang sudah turun dibawah
USD 50 per barel, namun harga jual premium yang masih Rp 4500 per liter
(sedangkan harga ekonomis ~Rp 3800 per liter). Maka sangat ironis bahwa dalam
kemiskinan, para supir angkot harus mensubsidi setiap liter premium yang dibelinya
kepada pemerintah. Sungguh ironis ditengah kelangkaan minyak tanah, para
nelayan turut mensubsidi setiap liter solar yang dibelinya kepada pemerintah.
Dalam kesulitan ekonomi global, pemerintah bahkan memperoleh keuntungan Rp 1
triluin dari penjualan premium dan solar kepada rakyatnya sendiri. Inilah
sejarah yang tidak dapat dilupakan. Selama lebih 60 tahun merdeka, pemerintah
selalu membantu rakyat miskin dengan menjual harga minyak yang lebih ekonomis
(dan rendah), namun sekarang sudah tidak lagi rakyatlah yang mensubsidi
pemerintah.
Berdasarkan janji kampanye dan usaha untuk
merealisasikan kesejahteraan rakyat, pemerintah SBY-JK selama 4 tahun belum
mampu memenuhi target janjinya yakni pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas
6.6%. Sampai tahun 2008, pemerintah SBY-JK hanya mampu meningkatkan pertumbuhan
rata-rata 5.9% padahal harga barang dan jasa (inflasi) naik di atas 10.3%. Ini
menandakan secara ekonomi makro, pemerintah gagal mensejahterakan rakyat. Tidak
ada prestasi yang patut diiklankan oleh Demokrat di bidang ekonomi.
Pertumbuhan
|
Janji
Target
|
Realisasi
|
Keterangan
|
2004
|
ND
|
5.1%
|
|
2005
|
5.6%
|
Tercapai
|
|
2006
|
6.1%
|
5.5%
|
Tidak tercapai
|
2007
|
6.7%
|
6.3%
|
Tidak tercapai
|
2008
|
7.2%
|
Tidak tercapai
|
|
2009
|
7.6%
|
~5.0%
|
Tidak tercapai *
|
Tingkat Inflasi 2004-2009 (Naik)
Secara umum setiap tahun inflasi akan naik. Namun,
pemerintah akan dikatakan berhasil secara makro ekonomi jika tingkat inflasi
dibawah angka pertumbuhan ekonomi. Dan faktanya adalah inflasi selama 4 tahun 2
kali lebih besar dari pertumbuhan ekonomi.
Tingkat
Inflasi
|
Janji
Target
|
Fakta
|
Catatan
Pencapaian
|
2004
|
6.4%
|
||
2005
|
7.0%
|
17.1%
|
Gagal
|
2006
|
5.5%
|
6.6%
|
Gagal
|
2007
|
5.0%
|
6.6%
|
Gagal
|
2008
|
4.0%
|
11.0%
|
Gagal
|
Selama 4 tahun pemerintahan, Demokrat yang terus
mendukung SBY tidak mampu mengendalikan harga barang dan jasa sesuai dengan
janji yang tertuang dalam kampanye dan RPM yakni rata-rata mengalami
inflasi 5.4% (2004-2009) atau 4.9% (2004-2008). Fakta yang terjadi adalah harga
barang dan jasa meroket dengan tingkat inflasi rata-rata 10.3% selama periode
2004-2008. Kenaikan harga barang dan jasa melebihi 200% dari target semula.
Jumlah
Penduduk Miskin
Sasaran pertama adalah pengurangan kemiskinan dan
pengangguran dengan target berkurangnya persentase penduduk tergolong
miskin dari 16,6 persen pada tahun 2004 menjadi 8,2
persen pada tahun 2009 dan berkurangnya pengangguran
terbuka dari 9,5 persen pada tahun 2003 menjadi 5,1
persen pada tahun 2009.
Penduduk
Miskin
|
Jumlah
|
Persentase
|
Catatan
|
2004
|
36.1
juta
|
16.6%
|
|
2005
|
35.1
juta
|
16.0%
|
Februari
2005
|
2006
|
39.3
juta
|
17.8%
|
Maret
2006
|
2007
|
37.2
juta
|
16.6%
|
Maret
2007
|
2008
|
35.0
juta
|
15.4%
|
Maret
2008
|
2009
|
8.2%
????
|
Koalisi Organisasi Masyarakat Sipil mencatat,
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla memperbesar utang dalam
jumlah sangat besar. Posisi utang tersebut merupakan utang terbesar sepanjang
sejarah RI.
Berdasarkan catatan koalisi, utang pemerintah sampai
Januari 2009 meningkat 31 persen dalam lima tahun terakhir. Posisi utang pada
Desember 2003 sebesar Rp 1.275 triliun. Adapun posisi utang Januari 2009
sebesar Rp 1.667 triliun atau naik Rp 392 triliun. Apabila pada tahun 2004,
utang per kapita Indonesia Rp 5,8 juta per kepala, pada Februari 2009 utang per
kapita menjadi Rp 7,7 juta per kepala. Memerhatikan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2004-2009, koalisi menilai rezim sekarang ini adalah rezim
anti-subsidi. Hal itu dibuktikan dengan turunnya secara drastis subsidi. Pada
tahun 2004 jumah subsidi masih sebesar 6,3 persen dari produk domestik bruto.
Namun, sampai 2009, jumlah subsidi untuk kepentingan rakyat tinggal 0,3 persen
dari PDB.
Pendidikan merupakan hal mendasar. Pendidikanlah yang
menentukan kualitas sumber daya manusia. Kebijakan dalam bidang pendidikan
diterapkan oleh kepemimpinan SBY. Beberapa diantaranya adalah meningkatkan
anggaran pendidikan menjadi 20% dari keseluruhan APBN. Meneruskan dan
mengefektifkan program rehabilitasi gedung sekolah yang sudah dimulai pada
periode 2004-2009, sehingga terbangun fasilitas pendidikan yang memadai dan
bermutu dengan memperbaiki dan menambah prasarana fisik sekolah, serta
penggunaan teknologi informatika dalam proses pengajaran yang akan menunjang
proses belajar dan mengajar agar lebih efektif dan berkualitas.
Pemanfaatan alokasi anggaran minimal 20 persen dari
APBN untuk memastikan pemantapan pendidikan gratis dan terjangkau untuk
pendidikan dasar 9 tahun dan dilanjutkan secara bertahap pada tingkatan
pendidikan lanjutan di tingkat SMA. Perbaikan secara fundamental kualitas kurikulum dan
penyediaan buku-buku yang berkualitas agar makin mencerdaskan siswa dan
membentuk karakter siswa yang beriman, berilmu, kreatif, inovatif, jujur,
dedikatif, bertanggung jawab, dan suka bekerja keras. Meneruskan perbaikan kualitas guru,
dosen serta peneliti agar menjadi pilar pendidikan yang mencerdaskan bangsa,
mampu menciptakan lingkungan yang inovatif, serta mampu menularkan kualitas
intelektual yang tinggi, bermutu, dan terus berkembang kepada anak didiknya.
Selain program sertifikasi guru untuk menjaga mutu,
juga akan ditingkatkan program pendidikan dan pelatihan bagi para guru termasuk
program pendidikan bergelar bagi para guru agar sesuai dengan bidang pelajaran
yang diajarkan dan semakin bermutu dalam memberikan pengajaran pada siswa.
Memperbaiki remunerasi guru dan melanjutkan upaya
perbaikan penghasilan kepada guru, dosen, dan para peneliti.Memperluas
penerapan dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mendukung
kinerja penyelenggaraan pembangunan di bidang pendidikan. Mendorong partisipasi masyarakat
(terutama orang tua murid) dalam menciptakan kebijakan dan penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan aspirasi dan tantangan jaman saat ini
dan kedepan.
Mengurangi kesenjangan dalam akses pendidikan dan
kualitas pendidikan, baik pada keluarga berpenghasilan rendah maupun daerah
yang tertinggal. Pemberiaan program beasiswa serta pelaksanaan dan perluasan
Program Keluarga Harapan (PKH), serta memberikan bantuan tunai kepada rumah
tangga miskin dengan syarat mereka mengirimkan anaknya ke bangku sekolah.
B. Keberhasilan SBY selama memerintah
pada bidang Ekonomi
Saat membuka Rapat Kerja tentang Pelaksanaan Program
Pembangunan 2011 di Jakarta Convention Center, Senin (10/1/2011), Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dengan mantap memaparkan 10 capaian
(keberhasilan pemerintah pada tahun 2010 tersebut.
1.
Ekonomi terus tumbuh dan berkembang
dengan fundamental yang semakin kuat pada 2010. Hal ini, antara lain, tercermin
dengan indeks harga saham gabungan Indonesia yang terus membaik, daya saing
Indonesia di tingkat dunia yang tinggi, nilai ekspor, investasi, dan cadangan
devisa yang terus membaik.
2.
Sejumlah indikator kesejahteraan
rakyat mengalami kemajuan penting. Dunia memberikan penilaian pada Top Ten
Movers, istilahnya prestasi Indonesia dan 9 negara yang lain di bidang
pendidikan, kesehatan, dan peningkatan penghasilan penduduk kita.
3.
Stabilitas politik terjaga dan kehidupan
demokrasi makin berkembang. Check and balances antara pemerintah pusat, DPR dan
DPRD, berjalan dengan baik. Pelaksanaan pemilu juga prinsipnya berjalan dengan
lancar.
4.
Pemberantasan korupsi dan penegakan
hukum, mencatat sejumlah prestasi. Begitu pula dengan pemberantasan terorisme
dan narkoba.
5.
Terjaga baiknya keamanan dalam
negeri walaupun masih terdapat konflik masyarakat dalam skala kecil.
6.
Proses perbaikan iklim investasi dan
pelayanan publik di banyak daerah. Hambatan birokrasi dan iklim investasi serta
pelayanan publik di banyak daerah mengalami kemajuan.
7.
Angka kemiskinan dan pengangguran
terus ditekan meskipun tetap rawan dengan gejolak perekonomian Indonesia.
Presiden meminta pemerintah tetap cekatan dan memiliki rencana darurat.
“Meskipun, dengarkan kata-kata saya, meskipun bisa kita turunkan kemiskinan dan
pengangguran, tetapi tetap rawan terhadap gejolak perekonomian dunia. Jangan
terlambat kita mengantisipasinya, jangan kita tidak punya rencana kontigensi, dan
jangan pula kita tidak cekatan memecahkan masalah bilamana dampak dari krisis
global itu terjadi,” kata Presiden.
8.
Beberapa indikator ekonomi penting
Indonesia mencatat rekor baru dalam sejarah, seperti income perkapita sekarang
sudah tembus 3 ribu dolar AS, lima tahun lalu masih 1.186 dolar AS. Cadangan
devisa dulu 36 miliar dolar AS, sekarang 96 miliar hampir 100 miliar dolar AS.
Kenaikan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) yang tertinggi di dunia, naik 46
perssen. Pendapatan domestik bruto kita meningkat dan Indonesia kini peringkat
16 ekonomi di dunia.
9.
Makin baiknya upaya pengembangan
koperasi usaha kecil dan menengah, termasuk penyaluran Kredit Usaha Rakyat
(KUR)Sedangkan Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja Bappenas
Rahma Iryanti di Jakarta, Kamis (7/01/2011) mengungkapkan angka pengangguran
2010 diprediksi turun menjadi 7,6 persen dari kisaran 7,87 persen tahun lalu.
Penurunan tersebut seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian.
10. Indonesia makin berperan dalam hubungan internasional, makin
nyata peran kita, baik dalam mengatasi krisis ekonomi global, dalam hubungan
G20, APEC, East Asia Summit, ASEAN, G8 plus, dan pemeliharan perdamaian dunia.
“Kita aktif sekali dalam menjaga ketertiban dan perdamaian dunia dan juga kerja
sama mengatasi perubahan iklim,” tegas Presiden, sebagaimana dipublikasikan
juga di situs resmi Presiden SBY (presidensby.info)
Rahma Iryanti mengatakan, kondisi ketenagakerjaan saat ini
sudah menunjukkan perbaikan. Jumlah pengangguran terbuka menurun dari 11,90
juta (11,24 persen) pada 2005 menjadi 8,96 juta (7,87 persen) pada 2009.
Sementara kesempatan kerja yang tersedia selama 2005-2009 tumbuh sebesar
rata-rata 2,78 persen per tahun atau bertambah 10,91 juta orang. Menurutnya,
bertambahnya jumlah kesempatan kerja di 2010 tidak dapat dilepaskan dari
kondisi perekonomian yang menunjukkan angka pertumbuhan di atas 6 persen pada
periode 2007-2008. Masing-masing sektor ekonomi memiliki tingkat sensitivitas
yang berbeda dalam hal serapan tenaga kerja. Disebutkan, antara periode
2005-2009 sektor jasa kemasyarakatan memiliki angka elastisitas yang paling
tinggi.
Ditegaskan, sektor yang diharapkan dapat menciptakan
kesempatan kerja yang besar adalah dari sektor industri. Karena 60,0 persen
tenaga kerja Indonesia berada pada lapangan kerja formal. Perkembangan sektor
pekerja formal dari tahun ke tahun tumbuh dengan baik. Misalnya, pada 2005
pekerja di bidang pertanian mencapai 2,9 juta, industri 7,9 juta, dan jasa 17,8
juta orang. Sedangkan pada 2009 mengalami perubahan pada sektor pertanian
sebesar 3,2 juta, sektor industri 7,5 juta,dan jasa 21,2 juta. “Saya cukup
optimistis tahun ini kita bisa mencapai target pengurangan jumlah pengangguran
menjadi 7,6 persen,” katanya.
C. Penyebab Keberhasilan Presiden SBY
Salah satu penyebab utama kesuksesan
perekonomian Indonesia adalah efektifnya kebijakan pemerintah yang berfokus
pada disiplin fiskal yang tinggi dan pengurangan utang Negara.Perkembangan yang
terjadi dalam lima tahun terakhir membawa perubahan yang signifikan terhadap
persepsi dunia mengenai Indonesia. Namun masalah-masalah besar lain masih tetap
ada. Pertama, pertumbuhan makroekonomi yang pesat belum menyentuh seluruh
lapisan masyarakat secara menyeluruh. Walaupun Jakarta identik dengan vitalitas
ekonominya yang tinggi dan kota-kota besar lain di Indonesia memiliki
pertumbuhan ekonomi yang pesat, masih banyak warga Indonesia yang hidup di
bawah garis kemiskinan.
Kesimpulan yang
dapat ditarik adalah bahwa Indonesia masih memerlukan banyak perbaikan. Namun
apa yang telah dicapai selama ini merupakan hasil dari visi dan perencanaan
pemerintahan SBY.
II.
Krisis Ekonomi Masa Pemerintahan Joko Widodo
Demonstrasi dan protes meruak ke arah Jokowi, sebagian besar
pendemo malah mendesaknya pulang ke Solo karena gagal dan memalukan warga
Solo. Indonesia dibayangi krisis ekonomi warisan eras SBY ,dan
suasananya mirip menjelang krisis moneter 1997, utang swasta saat ini
kebanyakan berjangka pendek dan tanpa lindung-nilai. Banyak pula dari utang
tersebut dipakai membiayai proyek jangka panjang. Para oligarki kelilingi
Jokowi. Sampai menjelang krismon 1997, kinerja lembaga-lembaga keuangan
Indonesia sangat kinclong. Asetnya melejit sangat cepat, demikian pula
keuntungannya. Para konglomerat pemilik bank pun tampak sangat percaya diri
dalam melakukan ekspansi bisnis di segala sektor.
Ketika itu Indonesia seolah tinggal
selangkah menjadi negara makmur. Tapi semua itu mulai berantakan pada Agustus
1997, ketika rupiah mulai terjun bebas terhadap dollar AS. Kredit macet dan
harga-harga barang langsung melambung. Rakyat pun mengamuk. Demikian hebatnya
amuk rakyat ketika itu, tentara yang biasanya sangat ampuh menghadapi kerusuhan
tak berdaya. Akhirnya, ketika kobaran api dan kematian makin merebak di
berbagai kota, Suharto menyatakan mundur sebagai Presiden RI pada 21 Mei 1998.
Mirip menjelang Krismon 1997, data BI sampai awal 2015
menunjukkan utang luar negeri swasta lebih besar ketimbang pemerintah, yaitu
US$ 192 miliar berbanding US$ 136 miliar. Sama seperti dulu, kebanyakan utang
swasta, menurut data BI sekarang, bersifat jangka pendek dan tanpa
lindung-nilai.Celakanya, tak sedikit dari utang Valas tersebut dipakai untuk
membiayai proyek-proyek berjangka menengah atau panjang. Lebih mengkhawatirkan
lagi, hasil dari proyek-proyek tersebut berbentuk rupiah. Salah satu paling
berisiko adalah proyek-properti yang belakangan ini menjamur dimana-mana. Hal
ini tampak kasatmata dari pembangunan perumahan, mal, superblock, dan
sebagainya.Maka, seperti 1997, bila nanti rupiah jeblok berkelanjutan, kredit
macet bakal melesat dan banyak proyek berhenti di tengah jalan. PHK massal pun
tak terelakkan! Bisa dipastikan, lembaga-lembaga akan mengalami kerugian besar
bahkan bisa bangkrut lantaran tak sanggup menanggung kredit macet. Dan
pemerintah pun dihadapkan pada dua pilihan: mengambil langkah penyelamatan
dengan menalangi kredit macet para kreditor, atau membiarkan kebangkrutan
terjadi. Sejak kasus Bank Century, kedua pilihan mengandung resiko berat.
Seperti kasus Bank Century, menyelamatkan bisa membuat para pengambil keputusan
menjadi bulan-bulanan para politisi, bahkan bisa masuk penjara. Bila memilih
keputusan kedua, pada titik ekstrim, dunia keuangan bisa mengalami kebangkrutan
massal atau jatuh sepenuhnya ke tangan asing.
Berdasarkan kasus Bank Century
itulah, Ketua umum Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit
Pramono, telah berulang kali mengingatkan bahwa UU Jaring Pengaman Sistem
Keuangan (JPSK) harus segera dibuat. Tanpa JPSK, menurut Sigit, ketika terjadi
krisis keuangan tak ada pejabat yang berani mengambil keputusan karena takut
diadili secara politis dan pidana.
Sigit berharap agar UU JPSK mengatur tentang definisi
krisis, siapa yang berhak menentukan telah terjadi krisis, dan apa yang bisa
dilakukan oleh Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), atau Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Tapi Sigit tentu juga
harus realistis bahwa sekarang ini segala sesuatu bisa dijungkirbalikkan,
termasuk pasal-pasal hukum yang tersurat. Kini secara umum lembaga keuangan,
baik bank maupun yang non-bank, masih dalam kondisi sehat. Hanya saja, sejumlah
isyarat bahaya sudah bermunculan. Salah satunyanya adalah anjloknya laba
bank-bank swasta papan atas pada 2014. Laba perbankan swasta dalam Top 10 bank
terbesar di Indonesia, tahun lalu turun 7,06% dari Rp 28,12 triliun menjadi Rp
26,13 triliun.
Hanya dua bank swasta yang tahun lalu mengalami kenaikan
laba, yaitu BCA dengan perolehan Rp 16,49 triliun atau naik 15,7% dari Rp 14,25
triliun; dan Bank Panin dengan pertumbuhan laba 4,42% dari Rp 2,26 triliun
menjadi Rp 2,36 triliun. Bank swasta lainnya, yaitu CIMB Niaga labanya anjlok
59,13% menjadi Rp 2,34 triliun di akhir 2014; Bank Danamon rontok 36% menjadi
Rp 2,6 triliun; BII ambles 65% menjadi Rp 752 miliar; dan Bank Permata turun
8,77% menjadi Rp 1,59 triliun.
Dalam Top 10 bank terbesar di Indonesia itu, bank-Bank BUMN
memang masih mencetak pertumbuhan laba. Total laba yang dibukukan Mandiri, BRI,
BNI dan BTN tahun lalu naik 12,07% menjadi Rp 56 triliun. Dengan rincian, laba
BRI naik 14,35% menjadi Rp 24,2 triliun, Mandiri naik 9,34% menjadi Rp 19,9
triliun, BNI naik 19,1% menjadi Rp 10,78 triliun. Satu-satunya bank milik
pemerintah yang membukukan penurunan laba adalah BTN , yaitu dari 1,56 triliun
menjadi 1,12 triliun atau turun 28,59%. Sementara itu merosotnya harga
komoditas seperti minyak sawit, batubara dan minyak telah mendorong OJK untuk
mengingatkan para bankir agar waspada terhadap bahaya kredit macet. Dengan
alasan, rontoknya harga komoditas-komoditas tersebut berdampak luas terhadap
perekonomian nasional. Ini karena minyak kelapa sawit dan batubara adalah
komoditas unggulan Indonesia, dan minyak masih merupakan sumber penghasilan
penting bagi pemerintah.
OJK tak menginginkan apa yang terjadi pada Kredit Usaha
Rakyat (KUR) merembet ke yang lain. Kemacetan KUR tahun lalu mencapai 4,2%,
padahal batas toleransi kredit macet adalah 5%. Kenyataan ini membuat
pemerintah memangkas KUR sebanyak 30% menjadi Rp 20 trilliun pada tahun ini.
Agar tak kecolongan lagi, pemerintah juga tak lagi menggunakan BPD sebagai
penyalur KUR. Sekarang hanya BRI, BNI, dan Mandiri yang diberi kepercayaan
menyalurkan KUR .
Selain kerugian yang dialami Bank terjadi juga penurunan
nilai mata uang rupiah, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS)
sempat menembus Rp 13.000/US$. Ini merupakan titik terlemah sejak 17 tahun
terakhir, alias sejak era krisis ekonomi 1998 (krisis moneter/krismon).
Mulai dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga sejumlah
menteri menyatakan, pelemahan rupiah disebabkan oleh faktor eksternal. Terutama
karena mulai menguatnya perekonomian Amerika Serikat (AS), setelah dilanda
krisis hebat pada 2008 lalu.Kondisi ini membuat dolar AS yang menyebar di
negara-negara berkembang ‘pulang kampung’. Sehingga tak hanya rupiah, tapi
banyak mata uang di duna yang juga melemah terhadap dolar.Namun analis asing
punya pendapat lain soal pelemahan rupiah yang terjadi.
Berikut
rangkumannya seperti dikutip:
1.Akibat Pernyataan Gubernur Bank
Indonesia (BI)
Khoon Goh, Senior FX Strategy dari ANZ mengatakan, pelemahan
rupiah tidak lepas dari pernyataan Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus
Martowardojo beberapa waktu lalu. Agus sempat menyebut, bahwa tahun ini
sepertinya inflasi Indonesia terkendali. Bahkan bukan tidak mungkin. inflasi
sepanjang 2014 hanya berada di kisaran 4%.Pasar mengartikan ini sebagai sinyal,
bahwa BI akan mulai mengendurkan kebijakan moneter. Salah satunya adalah
peluang penurunan suku bunga acuan atau BI Rate.Ketika suku bunga semakin
rendah, maka investasi di Indonesia sudah kurang menggiurkan. Akibatnya terjadi
arus modal keluar (capital outflow) yang membuat rupiah melemah.“Sepertinya
bank sentral mengizinkan rupiah melemah. Ini memicu lebih banyak arus modal
keluar,” tutur Goh seperti dikutip dari CNBC.Pada 17 Februari 2015, kala BI
memangkas BI Rate dari 7,75% menjadi 7,5%, rupiah melemah sampai 0,56%.
2. Pudarnya Jokowi Effect
Ada faktor lain yang menyebabkan rupiah cenderung melemah.
Pelaku pasar saat ini sudah mulai rasional, dan sepertinya euforia terpilihnya
Joko Widodo (Jokowi) sebagai presiden, atau sering disebut Jokowi Effect, sudah
memudar. “Euforia atas kemenangan Presiden Joko Widodo tidak bertahan lama,”
ujar Khoon Goh, Senior FX Strategy dari ANZ. Pasca pemilihan presiden (pilpres)
9 Juli 2014, pasar keuangan Indonesia menikmati ‘guyuran’ arus modal masuk
(capital inflow). Rupiah pun menguat hingga nyaris 5% selama periode 25 Juni
hingga 23 Juli. Setelah itu, rupiah cenderung melemah karena euforia Jokowi
Effect sudah terkikis. Apalagi fundamental ekonomi Indonesia masih perlu
dibenahi, misalnya defisit transaksi berjalan yang berada di kisaran 3% dari
Produk Domestik Bruto (PDB). “Jadi arus modal masuk itu tidak berkelanjutan,”
kata Goh.
3.
Dolar Bisa Menyentuh Rp 13.250
Fundamental ekonomi Indonesia masih perlu dibenahi, misalnya
defisit transaksi berjalan yang berada di kisaran 3% dari Produk Domestik Bruto
(PDB). “Jadi arus modal masuk itu tidak berkelanjutan,” kata Khoon Goh, Senior
FX Strategy dari ANZ. Tidak hanya dari dalam negeri, rupiah juga tertekan
faktor eksternal karena dolar AS begitu ‘perkasa’ terhadap mata uang dunia. Ini
ditunjukkan dengan Dollar Index (perbandingan dolar AS dengan mata uang utama
dunia) yang mencapai titik tertinggi dalam 12 tahun terakhir. Oleh karena itu,
Goh memperkirakan rupiah masih bisa melemah lagi. Dia menilai pada akhir tahun
rupiah akan berada di posisi Rp 13.250/US$
Kesimpulan
Pada masa pemerintahan
Presiden Susilo BambangYudhoyono, terjadi banyak kemajuan di berbagai bidang.
Hal ini di karenakan kemajuan teknologi dan kebebasan berpendapat.Namun,
terdapat beberapa kemunduran juga. Kita tidak dapat melihat kesuksesan suatu
pemerintahan hanya dengan satu pandangan. Kita harus memandang dari berbagai
sisi. Jika dibandingkan dengan pemerintahan pada masa Orde Baru, memang dalam
beberapa bidang terlihat kemunduran. Tetapi bisa saja hal ini dikarenakan pada
masa Orde Baru kebebasan pers dikekang sehingga bagian buruk pada Orde Baru
tidak terlihat. Dimasa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, musyawarah
mufakat diutamakan. Sehingga pengambilan kebijakan terkesan lambat. Meski
begitu, musyawara hmufaka tini dilakukan untuk kepentingan bersama. Sehingga
dapat dikatakan, pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono telah cukup
berkembang dibandingkan masa-masa sebelumnya dalam hal demokrasi.
Referensi
Langganan:
Postingan (Atom)